Sejarah Masuknya Islam Ke Desa Karangpari



Dukuh Tengah merupakan nama suatu Dusun di suatu Desa, lengkap daerahnya adalah Dusun Dukuh Tengah Desa Karang Pari Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.
Kecamatan Bantarkawung terdiri dari 18 desa, salah satunya Bantarkawung Selatan adalah Desa Karang Pari. Bahasa sehari – hari yang di gunakan sebagian besar masyarakat Bantarkawung adalah Bahasa Sunda, beberapa desa sebelah timur sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa yaitu Desa Cinanas dan Desa Pangebatan.
Letak Geografis Bantarkawung adalah antara 108048’47,3” sampai dengan 108058’42,4” Bujur Timur. dan 706’3,6 sampai dengan 7019’24,1” Lintang Selatan. Luas 205 Km2 terbagi secara administratif menjadi 18 Desa, 97 RW dan 413 RT. Secara Topografi wilayah Bantarkawung berada pada ketinggian kurang dari 500 M dari permukaan laut.
Letak Dukuh Tengah berada di puncak Gunung Maruyung, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Dukuh Tengah adalah petani. Namun dengan beriringnya waktu sekarang profesi masyarakat Dukuh Tengah bermacam – macam, sebagian ada yang menjadi Petani atau Buruh, Aparatur Pemerintah, Guru, Pedagang, Pegawai Swasta, sopir dan sebagainya. Dalam pendidikanpun dengan beriringnya waktu sekarang semakin meningkat, yang dulunya hanya keluaran Pondok Pesantren bahkan tak mengenal dunia pendidikan, namun sekarang banyak yang bukan hanya keluaran dari pendidikan non-formal saja melainkan pendidikan Formal pun banyak, bahkan lebih mendomisili lulusan dari pendidikan Formal, baik itu TK/RA/PAUD,SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA/SMK. Bahkan 10 tahun terakhir ini banyak yang melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi.
Datangnya Islam di Dukuh Tengah
Sebagian orang mengatakan Islam datang ke Dukuh Tengah pada zaman Kerajaan Galuh. Karena Dukuh Tengah merupakan wilayah kerajaan Galuh. Dimana kerajaan Galuh ini ditaklukan oleh Sunan Gunung Jati. Sebenarnya banyak tokoh yang membawa Islam di Dukuh Tengah, namun masyarakat sampai sekarang hanya mengenal Aki Karisem satu - satunya tokoh pertama yang membawa islam di Dukuh Tengah. Masyarakatpun tidak tahu persis bagaimana proses masuknya Islam, dengan cara apa saja datangnya Islam di Dukuh Tengah, dan bagaimana sikap dari masyarakat Dukuh Tengah nya itu sendiri. Namun masyarakat hanya percaya secara turun temurun bahwasanya Aki Karisem lah yang telah membawa Islam di Dukuh Tengah. Dan tak ada peninggalan – peninggalan orang – orang dulu, namun di tengah – tengah perumahan masyarakat Dukuh Tengah ada makam yang di percayai oleh masyarakat secara turun temurun, bahwa makam tersebut adalah makamnya istri Aki Karisem. Sedang makamnya Aki Karisem berada di Keser, Babakan.
Sebagian orang mengatakan bahwa beliau berasal dari Cirebon yang bekerja sebagai pedagang, Saat beliau masih hidup beliau berguru ke beberapa ulama dan di usia dewasanya beliau dakwah dan menyebarkan Islam dengan cara berdagang. Beliau beserta istrinya bersusah payah hanya untuk mensyariatkan agama Islam di Dukuh Tengah dan sekitarnya. Nama istrinya pun tak ada yang tahu, sehingga sampai sekarang masyarakat menyebutnya dengan nama Nini Karisem, di nisbatkan dengan nama suaminya. Dan Nisan nya pun tak tertulis tahun wafatnya, hanya terletak beberapa batu yang menandakan makamnya. Beliau juga mempunyai banyak anak yang kemudian beliau mengutus semua anaknya ke berbagai kampung untuk menyebarkan syariat Islam.
Namun disisi lain, ada di atasnya suatu kali tepatnya dibawah pohon yang amat besar yang berada diantara gang Pentas dan Cikondang ada makam bayi, yang di percayai oleh masyarakat bahwa makam tersebut adalah makam bayinya Sunan Gunung Jati, beliau pernah singgah juga menyebarkan Islam di Dukuh Tengah. Karena dalam sebuah cerita mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati pernah menaklukan Kerajaan Galuh dimana Dukuh Tengah ini merupakan wilayah kekuasaanya. Berarti bila hal itu benar maka Islam datang ke Dukuh Tengah yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke – 15 pertengahan.
Ada sebuah cerita yang di percayai masyarakat secara turun temurun, bahwasanya para waliyulloh pernah kumpul di suatu puncak gunung guna bahas perkembangan Islam, namun sebelum para waliyulloh itu menyebar ke daerahnya masing – masing, para waliyulloh itu menancapkan tongkatnya yang bernama “Ruyung”. Konon, kemudian tongkat tersebut berubah menjadi pohon Kawung yang sangatlah besar ukurannya. Namun sayang, pohon tersebut sekarang sudah tidak ada. Kemudian masyarakat sekitar menyebut gunung tersebut dengan nama Gunung Maruyung.
Tradisi yang ada di Dukuh Tengah
Makam yang ada di tengah – tengah masyarakat yang di percayai makam tersebut adalah makamnya Nini Karisem atau istri dari Aki Karisem yang merupakan tokoh yang membawa agama Islam, masyarakatpun tak pernah melupakan atas perjuangannya, maka untuk mengenang jasanya juga mengenalkan pada semua generasi, maka setiap hari raya ‘idul fitri, setelah melaksanakan sholat ‘id dan “ngeupung” atau makan bersama maka seluruh masyarakat di anjurkan untuk menziarohi makam Nini Karisem. Selain di hari itu setiap malam jumat atau acara syukuran yang lainnya yang mimpin tahlil mesti menyebut namanya untuk mengirimkan hadiah fatihahnya.
Setelah masuknya Islam di Dukuh Tengah banyak kegiatan atau tradisi yang berbau Islam, diantaranya pengajian ibu – ibu dan baca barzanji setiap hari selasa dan kamis, baca barzanji bagi kaum laki – laki setiap malam jumat, baca barzanji keliling ibu – ibu setiap malam senin dan jumat, tahlilan di acara tertentu dan PHBI baik itu Pengajian Muharaman, Muludan, Rajaban, Nuzulul Qur’an, Halal bil Halal dan sebagainya.
Peta Keberagamaan
Masyarakat Dukuh Tengah dalam hal Aqidah menganut faham Ahlussunah Wal Jama’ah juga mengikuti Madzhab Syafi’i dan mengikuti aliran NU (Nahdhotul Ulama), buktinya dengan adanya tradisi yang menjadi ciri khas NU, diantaranya dengan adanya kegiatan Tahlilan, Ziaroh, baca Wirid bersama setiap bada Sholat Fardhu, membaca Doa Qunut setiap Sholat Fardhu Subuh, Adzan dua kali pada Sholat Jumat, baca Surat Yasin atau Barzanji dan sebagainya. Juga dengan adanya Ormas baik itu Ansor, Fatayat maupun Banser.
Namun semua itu tak ada seorang pun yang tahu bagaimana proses terjadinya akan semua itu, namun jelasnya orang – orang yang menyebarkan Islam yang ada di Indonesia adalah mereka yang mengikuti faham Syafi’i, sehingga para pengikutnya pun mengikuti apa yang diajarkannya. Dengan demikian, karena masyarakat ini hanya satu faham sehingga tak pernah ada permasalahan yang muncul karena perbedaan, hanya saja yang muncul karena perbedaan sosial dalam hal pribadi yang bersifat wajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini